Monday, 01 Agustus 2022
"In the midst of chaos, there is also opportunity."
–Sun Tzu–
Indikator
Global Market
Bursa Wall Street ke zona hijau pada ujung perdagangan akhir pekan lalu. Para investor mengkaji kinerja kuat laba emiten teknologi dan mencermati lonjakan inflasi dan situasi resesi. Indeks Dow Jones naik menjadi 6,7% untuk bulan Juli, indeks S&P 500 juga naik 9,1%, sementara indeks Nasdaq Composite yang masih berada di wilayah bearish market, naik sekitar 12,4%. Kondisi tersebut merupakan kenaikan bulanan terbesar untuk ketiga indeks sejak tahun 2020. Namun, investor tetap khawatir tentang tingkat inflasi dengan perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, sehingga kemungkinan bahwa pasar bisa berubah lebih rendah lagi.
Pasar saham Eropa ditutup positif pada perdagangan terakhir bulan Juli akhir pekan lalu. Para investor mencermati data kinerja laba emiten kuartal dua serta data indikator perekonomian Eropa. Zona Eropa membukukan kenaikan PDB sebesar 0,7%, melebihi ekspektasi para analis sebesar 0,2% dan kontras tajam dengan pembacaan tahunan negatif dari Amerika Serikat pada kuartal pertama dan kedua. Kinerja pendapatan emiten terus mendorong pergerakan harga saham individu di Eropa.
Dari pasar Asia, investor fokus pada berita utama yang menunjukkan bahwa para pemimpin di Beijing terkesan mengabaikan referensi target pertumbuhan ekonomi/PDB setelah pertemuan tingkat tinggi Partai Komunis. Para pemimpin China mengisyaratkan bahwa mereka meremehkan target PDB negara itu sebesar 5,5%. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pemerintah tidak akan terlalu banyak mengeluarkan dana untuk proyek infrastruktur untuk mencapai target tersebut. Hal ini akan memberi lebih banyak ruang bagi pemerintah pusat untuk menyelesaikan masalah proyek konstruksi yang belum selesai. Dari Jepang, output industri Jepang naik 8,9% pada bulan Juni dari bulan sebelumnya, menurut data Kementerian Ekonomi Perdagangan dan Industri pada hari Jumat lalu. Data ini cukup mengejutkan setelah jatuh pada bulan Mei.
Indonesia
Bank-bank besar di Tanah Air (BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI) mencatatkan pertumbuhan laba hingga double digit pada semester I/2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pencapaian tersebut dinilai menjadi hal yang luar biasa di tengah inflasi di luar dan dalam negeri. Meski demikian, perbankan perlu mewaspadai perkembangan inflasi dan kenaikkan suku bunga acuan beberapa bulan ke depan, di tengah pertumbuhan laba yang melesat, perbankan perlu mewaspadai inflasi di dalam negeri. Inflasi Indonesia saat ini diprediksi belum mencapai puncaknya, per bulan Juni 2022 inflasi di Tanah Air menyentuh level 3,19% secara year to date, dan 4,35% secara tahunan. Pemerintah memperkirakan inflasi di kisaran 3,5% - 4,5% pada tahun ini, naik dari target sebelumnya yang sekitar 2% - 4%.
Sumber data : Bloomberg dan Infovesta (closing market).
Disclaimer : Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan efek. Seluruh informasi dan opini yang terdapat dalam dokumen ini dengan cara baik telah dihimpun dari atau berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI termasuk pihak-pihak lain dari Grup BNI dari mana dokumen ini dapat diperoleh, terhadap keakuratan atau kelengkapan dari informasi yang terdapat dalam dokumen ini. Seluruh pendapat dan perkiraan dalam laporan ini merupakan pertimbangan kami pada tanggal tertera dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Investment Specialist : Tristian Kurniawan, Panji Tofani, Edo Yonathan, Rynaldi Kresna, Fetie Nilasari, Alvin Tejo, Kemal Riayadsyah, Vhannya B. Fitrah, Yully, Lexy Julinar.