Berita


BNI di APEC Women Forum, Perbankan Berpeluang Dukung Wanita Indonesia Menjadi Enterpreneur

Siaran Pers Nusa Dua, 6 September 2013. Perbankan nasional memiliki peluang besar untuk memberikan dukungan bagi perempuan Indonesia dalam memberdayakan dirinya secara ekonomi menjadi pelaku usaha kecil dan menengah. Peluang itu sangat terbuka karena peran perempuan Indonesia dalam bidang ekonomi sangat strategis, terutama karena sebagian besar perempuan Indonesia bekerja di sektor informal, sektor yang dipercaya mampu menyejahterakan, mengentaskan kemiskinan, dan menekan kematian ibu melahirkan.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, Gatot M Suwondo mengungkapkan hal tersebut saat menyampaikan sambutan dalam acara APEC’S Women & The Economiy Forum bertemakan The Strategic Role of Women in the Economy, Nusa Dua, Bali, Jumat (6/9/2013). BNI menjadi salah satu sponsor utama pada perhelatan ini.

Gatot berbicara di depan Menteri Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin Hasan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.

Menurut Gatot, pada tahun 2012, ada sekitar enam juta keluarga yang dipimpin oleh seorang perempuan sebagai kepala keluarganya. Jumlah itu meningkat rata-rata 14% per tahunnya. Kondisi itu menunjukkan bahwa perempuan Indonesia sangat potensial dari sisi ekonomi, namun masih memiliki akses yang minim terhadap permodalan.

Oleh karena itu, perbankan Indonesia perlu melihat kondisi tersebut sebagai sebuah potensi. Melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL), bank dapat menopang keinginan perempuan Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomiannya menjadi seorang enterpreneur.

"Perbankan nasional perlu memahami bahwa peran perempuan dalam mendorong aktivitas perekonomian di lingkungannya sangat substansial, karena perempuan secara alamiah jauh lebih konservatif dan berhati-hati dalam mengelola dana. Selain itu, perempuan jauh lebih sesuai untuk berbisnis karena lebih aktif dan mampu menyediakan lapangan kerja. Sejarah menunjukkan bahwa pada krisis ekonomi tahun 1998, secara efektif Indonesia dapat bertahan karena adanya fungsi berganda perempuan Indonesia, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai enterpreneur," tutur Gatot.

APEC’S Women & The Economiy Forum ini digelar di Bali, salah satu provinsi di Indonesia yang mampu mendorong penduduk wanitanya mengembangkan industri rumah tangga yang pada umumnya kerajinan tangan dan makanan khas Bali. Itu membantu peningkatan kualitas perekonomiannya, salah satunya terlihat dari ukuran APBD Bali, di mana lima tahun terakhir hanya rata-rata Rp 1,2 triliun, sementara pada 2013 menjadi Rp 4,1 triliun. Bali juga menjadi salah satu contoh provinsi dengan tingkat pengganguran paling rendah di Indonesia. Kemajuan Bali juga dapat dilihat dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang mencapai 72,84, atau lebih tinggi dari rata-rata nasional.

BNI memiliki tokoh wanita inspiratif, yakni Felia Salim, Wakil Direktur Utama BNI. Felia aktif dalam berbagai program Corporate Community Responsibility (CCR) BNI yang mendorong pemberdayaan perempuan dan lingkungan hidup. Salah satu bentuk dukungan itu adalah dengan menghadirkan mitra binaan yang dipimpin oleh perempuan dengan usaha yang berbasis ekspor.

Salah satu program pemberdayaan perempuan yang dilakukan BNI adalah mendorong industri rumahan yang dipelopori oleh ibu-ibu rumah tangga, seperti Kampoeng BNI Pemberdayaan Wanita di Cisarua Bogor. Di dalamnya, BNI memberikan pelatihan tentang pemasaran, pembukuan, dan motivasi, yang diikuti 100 peserta.

Selain itu, ibu-ibu dan remaja wanita penenun kain songket di Kampoeng BNI Tenun Sumatera Selatan telah empat kali mendapat pelatihan. Bertempat di Galeri Kampoeng BNI Tenun desa Muara Penimbung, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan sebanyak 100 penenun berkesempatan mengikuti pelatihan pembuatan motif, pewarnaan, pengembangan modifikasi songket (misalnya menjadi sajadah dan sarung bantal), hingga pemasaran.

Siaran Pers Nusa Dua, 6 September 2013. Perbankan nasional memiliki peluang besar untuk memberikan dukungan bagi perempuan Indonesia dalam memberdayakan dirinya secara ekonomi menjadi pelaku usaha kecil dan menengah. Peluang itu sangat terbuka karena peran perempuan Indonesia dalam bidang ekonomi sangat strategis, terutama karena sebagian besar perempuan Indonesia bekerja di sektor informal, sektor yang dipercaya mampu menyejahterakan, mengentaskan kemiskinan, dan menekan kematian ibu melahirkan.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, Gatot M Suwondo mengungkapkan hal tersebut saat menyampaikan sambutan dalam acara APEC’S Women & The Economiy Forum bertemakan The Strategic Role of Women in the Economy, Nusa Dua, Bali, Jumat (6/9/2013). BNI menjadi salah satu sponsor utama pada perhelatan ini.

Gatot berbicara di depan Menteri Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin Hasan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu.

Menurut Gatot, pada tahun 2012, ada sekitar enam juta keluarga yang dipimpin oleh seorang perempuan sebagai kepala keluarganya. Jumlah itu meningkat rata-rata 14% per tahunnya. Kondisi itu menunjukkan bahwa perempuan Indonesia sangat potensial dari sisi ekonomi, namun masih memiliki akses yang minim terhadap permodalan.

Oleh karena itu, perbankan Indonesia perlu melihat kondisi tersebut sebagai sebuah potensi. Melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL), bank dapat menopang keinginan perempuan Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomiannya menjadi seorang enterpreneur.

"Perbankan nasional perlu memahami bahwa peran perempuan dalam mendorong aktivitas perekonomian di lingkungannya sangat substansial, karena perempuan secara alamiah jauh lebih konservatif dan berhati-hati dalam mengelola dana. Selain itu, perempuan jauh lebih sesuai untuk berbisnis karena lebih aktif dan mampu menyediakan lapangan kerja. Sejarah menunjukkan bahwa pada krisis ekonomi tahun 1998, secara efektif Indonesia dapat bertahan karena adanya fungsi berganda perempuan Indonesia, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai enterpreneur," tutur Gatot.

APEC’S Women & The Economiy Forum ini digelar di Bali, salah satu provinsi di Indonesia yang mampu mendorong penduduk wanitanya mengembangkan industri rumah tangga yang pada umumnya kerajinan tangan dan makanan khas Bali. Itu membantu peningkatan kualitas perekonomiannya, salah satunya terlihat dari ukuran APBD Bali, di mana lima tahun terakhir hanya rata-rata Rp 1,2 triliun, sementara pada 2013 menjadi Rp 4,1 triliun. Bali juga menjadi salah satu contoh provinsi dengan tingkat pengganguran paling rendah di Indonesia. Kemajuan Bali juga dapat dilihat dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang mencapai 72,84, atau lebih tinggi dari rata-rata nasional.

BNI memiliki tokoh wanita inspiratif, yakni Felia Salim, Wakil Direktur Utama BNI. Felia aktif dalam berbagai program Corporate Community Responsibility (CCR) BNI yang mendorong pemberdayaan perempuan dan lingkungan hidup. Salah satu bentuk dukungan itu adalah dengan menghadirkan mitra binaan yang dipimpin oleh perempuan dengan usaha yang berbasis ekspor.

Salah satu program pemberdayaan perempuan yang dilakukan BNI adalah mendorong industri rumahan yang dipelopori oleh ibu-ibu rumah tangga, seperti Kampoeng BNI Pemberdayaan Wanita di Cisarua Bogor. Di dalamnya, BNI memberikan pelatihan tentang pemasaran, pembukuan, dan motivasi, yang diikuti 100 peserta.

Selain itu, ibu-ibu dan remaja wanita penenun kain songket di Kampoeng BNI Tenun Sumatera Selatan telah empat kali mendapat pelatihan. Bertempat di Galeri Kampoeng BNI Tenun desa Muara Penimbung, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan sebanyak 100 penenun berkesempatan mengikuti pelatihan pembuatan motif, pewarnaan, pengembangan modifikasi songket (misalnya menjadi sajadah dan sarung bantal), hingga pemasaran.

Related

Arsip Berita