Berita


BNI Gandeng Komunitas Pesantren Untuk Bantu Financial Inclusion

Surabaya, 4 Januari 2014. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus memperluas dan mengembangkan financial inclusion di Indonesia dengan menyentuh satu per satu elemen bangsa yang dapat diajak bekerjasama mendekatkan jasa-jasa keuangan ke masyarakat. Salah satu elemen bangsa yang kali ini diajak bekerjasama oleh BNI adalah Gerakan Pemuda (GP) Ansor, organisasi kepemudaan yang memiliki basis komunitas kuat di lingkungan pesantren di bawah naungan Nahdatul Ulama (NU).

BNI menilai GP Ansor memiliki kemampuan dan motivasi untuk terus membantu komunitas di sekitar pesantren dalam mengembangkan perekonomiannya, dari masyarakat pra sejahtera menjadi sejahtera. Salah satunya adalah dengan melakukan pengujian terhadap pesantren-pesantren yang memiliki catatan sukses dalam mengembangkan perekonomian komunitasnya dalam dua dekade terakhir.

Melalui proses penjurian yang ketat, GP Ansor menetapkan 3 (tiga) pondok pesantren yang terbaik dalam mengembangkan usaha berbasis komunitasnya, yaitu (1) Pondok Pesantren Al-Ittifaq Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. (2) BMT/ Koperasi Simpan Pinjam Pondok Pesantren Sidogiri Syariah, Pasuruan, Jawa Timur. (3) Usaha dagang pupuk organik, obat-obat herbal, dan air minum Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Jawa Timur. Ketiganya diputuskan sebagai penerima penghargaan Nahnu Ansorulloh dari GP Ansor.

Untuk itu, BNI tertarik turut memperkuat usaha yang telah dirintis ketiga pesantren tersebut, sehingga sebagai langkah awal, Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo dan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid bersepakat menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) di sela-sela Harlah ke-80 GP Ansor di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (4/1/2014). Hadir pada kesempatan tersebut Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

"Kami ingin memperkenalkan jasa-jasa keuangan ke komunitas pesantren, yang kali ini kami awali melalui MoU dengan GP Ansor. Bukan hanya produk perbankan, kami juga akan memperkenalkan produk-produk keuangan lain, seperti asuransi, sehingga upaya pengembangan financial inclusion semakin menguat," ujar Gatot.

Dengan adanya MoU tersebut, pada tahap awal, atau sekitar kuartal I 2014, BNI akan berupaya mengenal lebih dalam kegiatan usaha yang telah dilakukan oleh ketiga pondok pesantren pemenang award Nahnu Ansorulloh itu dan kemudian memperkenalkan program Kampoeng BNI sebagai salah satu sarana penguatan ekonomi masyarakat. Kemudian, pada kuartal II 2014, BNI akan mengupayakan agar penguatan ekonomi berbasis komunitas pesantren ini menjadi proyek percontohan yang dapat direplikasi ke pesantren-pesantren lainnya.

"Untuk tahap pertama kami kembangkan terlebih dahulu ketiga pondok pesantren yang sudah diuji oleh GP Ansor itu, kemudian kami ingin agar mereka menjadi contoh yang dapat diterapkan di pesantren lain. Dengan MoU kami berupaya mengenal usaha mereka, lalu selanjutnya akan ditingkatkan dengan PKS (Perjanjian Kerja Sama). Setelah itu kami akan mereplikasi proyek percontohan ini ke pesantren yang lain." tutur Gatot.

Ketiga pondok pesantren itu lolos pengujian dewan juri yang terdiri atas empat orang pakar dibidangnya, yaitu Guru Besar Ilmu Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Prof M Maksum Mahfoedz; Ketua Program Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Nunung Nuryartono; Wartawan Tempo, Wahyu Muryadi; dan Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, Prof Erani Yustika.

Ketiga pesantren tersebut layak diajak bekerjasama oleh BNI karena beberapa alasan. (1) Ketiga pesantren tersebut mampu menyebarluaskan gagasan dan karya tokoh pondok pesantren yang sudah berhasil untuk menggerakan ekonomi mikro di masyarakat basis. (2) memiliki produk usaha di sektor riil. (3) Produk yang dihasilkan mampu menembus pasar di luar pondok pesantren.

"Salah satunya bahkan sudah mampu memasok barang ke jaringan ritel bertaraf nasional," kata Gatot.

Menaikkan status usaha

Pembiayaan yang disiapkan oleh BNI diberikan secara bertahap. Bagi wirausahawan muda atau pemula dan tidak memiliki akses pasar disediakan bantuan pembiayaan usaha melalui Pembiayaan Mitra Binaan yang didanai dari Program Corporate Community Responsibility (CCR). Jika mereka naik kelas karena usahanya semakin maju, BNI menyediakan BNI Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diselaraskan dengan program pemerintah. Lalu untuk mitra yang lulus dari KUR telah disiapkan pembiayaan pada jenjang yang lebih tinggi atau komersial, yaitu BNI Wira Usaha (BWU).

Penguatan dukungan BNI terhadap penciptaan pelaku usaha baru itu ditandai dengan meningkatnya penyaluran kredit kemitraan kepada pelaku usaha yang menjadi mitra binaan. Sejak tahun 2006 hingga akhir tahun 2013, BNI telah menyalurkan kredit kemitraan sebesar Rp 300 milyar lebih kepada sekitar 25.000 mitra binaan. Tahun 2014, BNI memperkirakan, dengan target penyaluran sebesar Rp 110 milyar tahun ini, terdapat tambahan jumlah wirausahaan baru yang tercipta sebanyak 10.000 enterpreneur.

Tidak hanya bantuan berupa pinjaman lunak yang diberikan, mitra binaan juga mendapat pelatihan dari BNI untuk mempertajam jiwa kewirausahaannya. BNI juga berusaha untuk terus menangkap setiap potensi ekonomi yang berasal dari masyarakat bawah untuk dibantu melalui program Kampoeng BNI. Saat ini BNI telah memiliki 27 Kampoeng BNI tersebar di seluruh Indonesia dengan total pembiayaan usaha sebesar Rp 31,49 miliar dengan 1.654 mitra yang dibiayai.

Kampoeng BNI merupakan salah satu bagian dari program CCR BNI yang memiliki tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penyaluran kredit lunak dengan sistem klaster yang dilakukan di beberapa daerah. Tujuan pembentukan Kampoeng BNI adalah untuk mengembangkan potensi ekonomi masyarakat di suatu kawasan pedesaan melalui pinjaman lunak program kemitraan maupun bantuan bina lingkungan untuk menunjang aktivitas ekonomi lokal di daerah tersebut. Saat ini konsep Kampoeng BNI dibangun atas prinsip Community Development, dimana satu klaster mengangkat produk potensial berdasarkan kearifan lokal setempat.

Dalam Kampoeng BNI, program CCR BNI tidak sekadar menyalurkan pembiayaan usaha, namun juga memberikan capacity building atau pelatihan peningkatan kapasitas, misalnya pelatihan motif tenun sesuai keinginan pasar internasional, pelatihan pembukuan sederhana, pelatihan pemasaran yang efektif, dan pelatihan lainnya sesuai kebutuhan mitra binaan. Selain itu, BNI memberikan bantuan sarana dan prasarana di dalam Kampoeng BNI, misalnya showroom, packing house, balai pertemuan, dan juga sarana sosial masyarakat. BNI juga memberikan bantuan pendidikan kepada keluarga mitra binaan berupa beasiswa dan sarana pendidikan lainnya.

Beberapa Kampoeng BNI (KBNI) yang telah dibuka antara lain KBNI Peternakan Sapi Subang, KBNI Budidaya Jagung Ciamis, KBNI Budidaya Ulat Sutera Imogiri, KBNI Tenun Songket Ogan Ilir, KBNI Nelayan Lamongan, KBNI Jagung Solok, KBNI Seni Kamasan Klungkung, KBNI Pengolahan Hasil Laut Muara Angke, KBNI Bandeng Karawang, KBNI Karebosi Makassar, KBNI Pisang Lumajang, KBNI Batik Pekalongan, KBNI Batik Lasem Rembang, KBNI Kain Sutera Sengkang Wajo, KBNI Mebel Sumedang, KBNI Kain Sasirangan Banjarmasin, KBNI Pemberdayaan Perempuan Bogor, KBNI Ikan Nila Ponorogo, dan KBNI Tenun Ikat Sumba Waingapu.

Surabaya, 4 Januari 2014. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus memperluas dan mengembangkan financial inclusion di Indonesia dengan menyentuh satu per satu elemen bangsa yang dapat diajak bekerjasama mendekatkan jasa-jasa keuangan ke masyarakat. Salah satu elemen bangsa yang kali ini diajak bekerjasama oleh BNI adalah Gerakan Pemuda (GP) Ansor, organisasi kepemudaan yang memiliki basis komunitas kuat di lingkungan pesantren di bawah naungan Nahdatul Ulama (NU).

BNI menilai GP Ansor memiliki kemampuan dan motivasi untuk terus membantu komunitas di sekitar pesantren dalam mengembangkan perekonomiannya, dari masyarakat pra sejahtera menjadi sejahtera. Salah satunya adalah dengan melakukan pengujian terhadap pesantren-pesantren yang memiliki catatan sukses dalam mengembangkan perekonomian komunitasnya dalam dua dekade terakhir.

Melalui proses penjurian yang ketat, GP Ansor menetapkan 3 (tiga) pondok pesantren yang terbaik dalam mengembangkan usaha berbasis komunitasnya, yaitu (1) Pondok Pesantren Al-Ittifaq Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. (2) BMT/ Koperasi Simpan Pinjam Pondok Pesantren Sidogiri Syariah, Pasuruan, Jawa Timur. (3) Usaha dagang pupuk organik, obat-obat herbal, dan air minum Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Jawa Timur. Ketiganya diputuskan sebagai penerima penghargaan Nahnu Ansorulloh dari GP Ansor.

Untuk itu, BNI tertarik turut memperkuat usaha yang telah dirintis ketiga pesantren tersebut, sehingga sebagai langkah awal, Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo dan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid bersepakat menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) di sela-sela Harlah ke-80 GP Ansor di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (4/1/2014). Hadir pada kesempatan tersebut Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

"Kami ingin memperkenalkan jasa-jasa keuangan ke komunitas pesantren, yang kali ini kami awali melalui MoU dengan GP Ansor. Bukan hanya produk perbankan, kami juga akan memperkenalkan produk-produk keuangan lain, seperti asuransi, sehingga upaya pengembangan financial inclusion semakin menguat," ujar Gatot.

Dengan adanya MoU tersebut, pada tahap awal, atau sekitar kuartal I 2014, BNI akan berupaya mengenal lebih dalam kegiatan usaha yang telah dilakukan oleh ketiga pondok pesantren pemenang award Nahnu Ansorulloh itu dan kemudian memperkenalkan program Kampoeng BNI sebagai salah satu sarana penguatan ekonomi masyarakat. Kemudian, pada kuartal II 2014, BNI akan mengupayakan agar penguatan ekonomi berbasis komunitas pesantren ini menjadi proyek percontohan yang dapat direplikasi ke pesantren-pesantren lainnya.

"Untuk tahap pertama kami kembangkan terlebih dahulu ketiga pondok pesantren yang sudah diuji oleh GP Ansor itu, kemudian kami ingin agar mereka menjadi contoh yang dapat diterapkan di pesantren lain. Dengan MoU kami berupaya mengenal usaha mereka, lalu selanjutnya akan ditingkatkan dengan PKS (Perjanjian Kerja Sama). Setelah itu kami akan mereplikasi proyek percontohan ini ke pesantren yang lain." tutur Gatot.

Ketiga pondok pesantren itu lolos pengujian dewan juri yang terdiri atas empat orang pakar dibidangnya, yaitu Guru Besar Ilmu Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Prof M Maksum Mahfoedz; Ketua Program Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Nunung Nuryartono; Wartawan Tempo, Wahyu Muryadi; dan Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, Prof Erani Yustika.

Ketiga pesantren tersebut layak diajak bekerjasama oleh BNI karena beberapa alasan. (1) Ketiga pesantren tersebut mampu menyebarluaskan gagasan dan karya tokoh pondok pesantren yang sudah berhasil untuk menggerakan ekonomi mikro di masyarakat basis. (2) memiliki produk usaha di sektor riil. (3) Produk yang dihasilkan mampu menembus pasar di luar pondok pesantren.

"Salah satunya bahkan sudah mampu memasok barang ke jaringan ritel bertaraf nasional," kata Gatot.

Menaikkan status usaha

Pembiayaan yang disiapkan oleh BNI diberikan secara bertahap. Bagi wirausahawan muda atau pemula dan tidak memiliki akses pasar disediakan bantuan pembiayaan usaha melalui Pembiayaan Mitra Binaan yang didanai dari Program Corporate Community Responsibility (CCR). Jika mereka naik kelas karena usahanya semakin maju, BNI menyediakan BNI Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diselaraskan dengan program pemerintah. Lalu untuk mitra yang lulus dari KUR telah disiapkan pembiayaan pada jenjang yang lebih tinggi atau komersial, yaitu BNI Wira Usaha (BWU).

Penguatan dukungan BNI terhadap penciptaan pelaku usaha baru itu ditandai dengan meningkatnya penyaluran kredit kemitraan kepada pelaku usaha yang menjadi mitra binaan. Sejak tahun 2006 hingga akhir tahun 2013, BNI telah menyalurkan kredit kemitraan sebesar Rp 300 milyar lebih kepada sekitar 25.000 mitra binaan. Tahun 2014, BNI memperkirakan, dengan target penyaluran sebesar Rp 110 milyar tahun ini, terdapat tambahan jumlah wirausahaan baru yang tercipta sebanyak 10.000 enterpreneur.

Tidak hanya bantuan berupa pinjaman lunak yang diberikan, mitra binaan juga mendapat pelatihan dari BNI untuk mempertajam jiwa kewirausahaannya. BNI juga berusaha untuk terus menangkap setiap potensi ekonomi yang berasal dari masyarakat bawah untuk dibantu melalui program Kampoeng BNI. Saat ini BNI telah memiliki 27 Kampoeng BNI tersebar di seluruh Indonesia dengan total pembiayaan usaha sebesar Rp 31,49 miliar dengan 1.654 mitra yang dibiayai.

Kampoeng BNI merupakan salah satu bagian dari program CCR BNI yang memiliki tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penyaluran kredit lunak dengan sistem klaster yang dilakukan di beberapa daerah. Tujuan pembentukan Kampoeng BNI adalah untuk mengembangkan potensi ekonomi masyarakat di suatu kawasan pedesaan melalui pinjaman lunak program kemitraan maupun bantuan bina lingkungan untuk menunjang aktivitas ekonomi lokal di daerah tersebut. Saat ini konsep Kampoeng BNI dibangun atas prinsip Community Development, dimana satu klaster mengangkat produk potensial berdasarkan kearifan lokal setempat.

Dalam Kampoeng BNI, program CCR BNI tidak sekadar menyalurkan pembiayaan usaha, namun juga memberikan capacity building atau pelatihan peningkatan kapasitas, misalnya pelatihan motif tenun sesuai keinginan pasar internasional, pelatihan pembukuan sederhana, pelatihan pemasaran yang efektif, dan pelatihan lainnya sesuai kebutuhan mitra binaan. Selain itu, BNI memberikan bantuan sarana dan prasarana di dalam Kampoeng BNI, misalnya showroom, packing house, balai pertemuan, dan juga sarana sosial masyarakat. BNI juga memberikan bantuan pendidikan kepada keluarga mitra binaan berupa beasiswa dan sarana pendidikan lainnya.

Beberapa Kampoeng BNI (KBNI) yang telah dibuka antara lain KBNI Peternakan Sapi Subang, KBNI Budidaya Jagung Ciamis, KBNI Budidaya Ulat Sutera Imogiri, KBNI Tenun Songket Ogan Ilir, KBNI Nelayan Lamongan, KBNI Jagung Solok, KBNI Seni Kamasan Klungkung, KBNI Pengolahan Hasil Laut Muara Angke, KBNI Bandeng Karawang, KBNI Karebosi Makassar, KBNI Pisang Lumajang, KBNI Batik Pekalongan, KBNI Batik Lasem Rembang, KBNI Kain Sutera Sengkang Wajo, KBNI Mebel Sumedang, KBNI Kain Sasirangan Banjarmasin, KBNI Pemberdayaan Perempuan Bogor, KBNI Ikan Nila Ponorogo, dan KBNI Tenun Ikat Sumba Waingapu.

Related

Arsip Berita