Berita


BNI Catat Pertumbuhan Laba 30,2%

Jakarta, 25 Juli 2013. Kondisi perekonomian nasional dan global yang bergejolak tidak menghentikan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk untuk tetap mencatat pertumbuhan laba yang cukup tinggi pada paruh pertama tahun 2013 yaitu sebesar Rp 4,28 triliun atau 30,2% lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Pencapaian itu berhasil diperoleh meskipun terdapat tantangan ekonomi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tekanan inflasi, masalah defisit neraca perdagangan yang masih berkelanjutan, hingga arus modal keluar yang menekan nilai tukar rupiah.

Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Kamis (25/7/2013).

Menurut Gatot, penyumbang utama peningkatan laba BNI itu adalah pendapatan bunga bersih (net interest income) yang bertumbuh 23,1% menjadi Rp 8,896 triliun, menyusul kemudian pendapatan non-bunga (non interest income) yang tumbuh 22,0% menjadi Rp 4,56 triliun. Kedua sumber pendapatan itu menciptakan pendapatan operasi BNI menjadi sebesar Rp 13,45 triliun atau melonjak 22,7% lebih tinggi dibanding Semester I- 2012.

Rp. Triliun

Indikator Semester-1 2012 Semester-1 2013 +/- (%)
Pendapatan Bunga Bersih 7,23 8,89 23,1
Pendapatan Non-bunga 3,73 4,56 22,0
Pendapatan Operasional 10,96 13,45 22,7
Biaya Operasional (5,56) (6,61) 21,1
Laba Sebelum Pajak 4,11 5,31 29,3
Laba Bersih 3,29 4,28 30,2
Laba per Lembar Saham (Rp) 176 229 30,1

"Peningkatan pendapatan operasi kami merupakan buah dari upaya BNI untuk terus meningkatkan ekspansi kredit yang fokus pada para pelaku usaha di 8 sektor unggulan yang mencapai 70% dari total portofolio kredit BNI. Ekspansi itu kami imbangi dengan memperkuat kajian risiko karena kami fokus pada pertumbuhan aset yang berkualitas," ujarnya.

Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 74,0% pada Semester-1 2012 menjadi 84,0% pada Semester-1 2013. Peningkatan kredit ini didominasi oleh kredit dalam mata uang rupiah. "BNI tetap mengutamakan kucuran kredit di dalam negeri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tanah air. Peningkatan kredit ini menunjukkan fungsi BNI sebagai intermediary semakin baik," tutur Gatot.

Dukungan BNI pada perekonomian nasional melalui aliran kreditnya itu mulai menampakkan hasil, antara lain adanya debitur BNI yang telah naik kelas dari nasabah medium menjadi nasabah korporasi. Ada 116 nasabah medium BNI yang dinaikan kelas ke nasabah penerima kredit korporasi dengan nilai total sebesar Rp 10,3 triliun.

Ekspansi kredit BNI tersebut ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 8,7% dari Rp 242,72 triliun menjadi Rp 263,82 triliun pada Semester-1 2013. BNI terus fokus pada upaya-upaya menghimpun dana murah. Hal itu ditandai dengan peningkatan dana murah (CASA) sebesar Rp 25 triliun atau 16,1%. Dengan peningkatan itu, komposisi dana murah di BNI mencapai 67,0% dari total DPK, meningkat dibandingkan Semester-1 2012, yaitu 64,0% dari DPK.

"Kami terus mendorong pertumbuhan CASA melalui berbagai upaya, antara lain dengan memperkuat produk-produk co-branding pada basis massa yang signifikan seperti co-branding BNI–Chelsea Football Club. Dalam sembilan bulan saja jumlah pengguna kartu BNI-Chelsea sudah mencapai 133.268 kartu, sebagian besar adalah kartu debit yang terkait langsung dengan pembukaan rekening-rekening baru," ungkap Gatot.

Biaya dana terus menurun seiring dengan bertambahnya CASA. Biaya dana yang ditanggung BNI pada Semester-1 2012 masih mencapai 3,0%, turun menjadi 2,3% pada Semester-1 2013.

Kesetiaan nasabah baik ritel maupun korporasi kepada BNI tidak terlepas dari peningkatan service level BNI yang berada diposisi kedua terbaik di industri perbankan nasional, meloncat dari posisi sebelumnya, yaitu keempat. Pencapaian itu melampaui target BNI sendiri pada tahun 2013 yang menghendaki service level di posisi ketiga terbaik. Ini dibuktikan melalui survei Best Service Excellence Monitor (BSEM) 2013 oleh Marketing Research Indonesia (MRI).

Aset
Kinerja keuangan BNI yang positif ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit dari Rp 179,44 triliun menjadi Rp 222,65 triliun, atau naik 24,1% melampaui pertumbuhan kredit di industri perbankan nasional. Sementara itu, gross NPL makin membaik dari 3,4% menjadi 2,6% dengan pencadangan yang tetap dijaga di atas 120%.

Rasio dalam Persen

Rasio Keuangan Kuartal 2 2012 Kuartal 2 2013
Loan to Deposit Ratio 73,6 84,0
Cost of Fund 2,7 2,3
Gross Non Performing Loan 3,4 2,6
Net Interest Margin 5,8 6,2
Cost to Income Ratio 45,8 43,6
Return of Equity *) 19,7 21,8
Return of Asset *) 2,8 3,4
Tier I Capital 15,2 14,9
Capital Adequacy Ratio 16,8 16,3

*) berdasarkan perhitungan rumus yang ditentukan oleh Bank Indonesia

Gatot menjelaskan, BNI membukukan Net Interest Margin (NIM) yang meningkat dari 5,8% pada Semester-1 2012 menjadi 6,2% pada Semester-1 2013. Kenaikan NIM tersebut membantu BNI untuk menekan Cost to Income Ratio (CIR) dari 45,8% pada Semester-1 2012 menjadi 43,6% per Semester-I 2013. CIR yang semakin baik tersebut menjadi faktor penting terbentuknya laba bersih BNI yang tumbuh 30,2% itu. Dengan pertumbuhan laba tersebut, BNI pun mampu mencatat rasio return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) yang membaik, yaitu sebesar 21,8% dan 3,4% dari tahun sebelumnya 19,7% dan 2,8%.

Meskipun rasio kecukupan modal (CAR) BNI per Semester-1 2013 turun dari 16,8% menjadi 16,3% sebagai konsekuensi ekspansi kredit, namun CAR tersebut masih jauh melampaui syarat minimal yang diatur untuk perbankan nasional, sehingga BNI memiliki modal yang cukup untuk terus bertumbuh di masa mendatang.

Jakarta, 25 Juli 2013. Kondisi perekonomian nasional dan global yang bergejolak tidak menghentikan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk untuk tetap mencatat pertumbuhan laba yang cukup tinggi pada paruh pertama tahun 2013 yaitu sebesar Rp 4,28 triliun atau 30,2% lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Pencapaian itu berhasil diperoleh meskipun terdapat tantangan ekonomi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tekanan inflasi, masalah defisit neraca perdagangan yang masih berkelanjutan, hingga arus modal keluar yang menekan nilai tukar rupiah.

Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Kamis (25/7/2013).

Menurut Gatot, penyumbang utama peningkatan laba BNI itu adalah pendapatan bunga bersih (net interest income) yang bertumbuh 23,1% menjadi Rp 8,896 triliun, menyusul kemudian pendapatan non-bunga (non interest income) yang tumbuh 22,0% menjadi Rp 4,56 triliun. Kedua sumber pendapatan itu menciptakan pendapatan operasi BNI menjadi sebesar Rp 13,45 triliun atau melonjak 22,7% lebih tinggi dibanding Semester I- 2012.

Rp. Triliun

Indikator Semester-1 2012 Semester-1 2013 +/- (%)
Pendapatan Bunga Bersih 7,23 8,89 23,1
Pendapatan Non-bunga 3,73 4,56 22,0
Pendapatan Operasional 10,96 13,45 22,7
Biaya Operasional (5,56) (6,61) 21,1
Laba Sebelum Pajak 4,11 5,31 29,3
Laba Bersih 3,29 4,28 30,2
Laba per Lembar Saham (Rp) 176 229 30,1

"Peningkatan pendapatan operasi kami merupakan buah dari upaya BNI untuk terus meningkatkan ekspansi kredit yang fokus pada para pelaku usaha di 8 sektor unggulan yang mencapai 70% dari total portofolio kredit BNI. Ekspansi itu kami imbangi dengan memperkuat kajian risiko karena kami fokus pada pertumbuhan aset yang berkualitas," ujarnya.

Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 74,0% pada Semester-1 2012 menjadi 84,0% pada Semester-1 2013. Peningkatan kredit ini didominasi oleh kredit dalam mata uang rupiah. "BNI tetap mengutamakan kucuran kredit di dalam negeri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tanah air. Peningkatan kredit ini menunjukkan fungsi BNI sebagai intermediary semakin baik," tutur Gatot.

Dukungan BNI pada perekonomian nasional melalui aliran kreditnya itu mulai menampakkan hasil, antara lain adanya debitur BNI yang telah naik kelas dari nasabah medium menjadi nasabah korporasi. Ada 116 nasabah medium BNI yang dinaikan kelas ke nasabah penerima kredit korporasi dengan nilai total sebesar Rp 10,3 triliun.

Ekspansi kredit BNI tersebut ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 8,7% dari Rp 242,72 triliun menjadi Rp 263,82 triliun pada Semester-1 2013. BNI terus fokus pada upaya-upaya menghimpun dana murah. Hal itu ditandai dengan peningkatan dana murah (CASA) sebesar Rp 25 triliun atau 16,1%. Dengan peningkatan itu, komposisi dana murah di BNI mencapai 67,0% dari total DPK, meningkat dibandingkan Semester-1 2012, yaitu 64,0% dari DPK.

"Kami terus mendorong pertumbuhan CASA melalui berbagai upaya, antara lain dengan memperkuat produk-produk co-branding pada basis massa yang signifikan seperti co-branding BNI–Chelsea Football Club. Dalam sembilan bulan saja jumlah pengguna kartu BNI-Chelsea sudah mencapai 133.268 kartu, sebagian besar adalah kartu debit yang terkait langsung dengan pembukaan rekening-rekening baru," ungkap Gatot.

Biaya dana terus menurun seiring dengan bertambahnya CASA. Biaya dana yang ditanggung BNI pada Semester-1 2012 masih mencapai 3,0%, turun menjadi 2,3% pada Semester-1 2013.

Kesetiaan nasabah baik ritel maupun korporasi kepada BNI tidak terlepas dari peningkatan service level BNI yang berada diposisi kedua terbaik di industri perbankan nasional, meloncat dari posisi sebelumnya, yaitu keempat. Pencapaian itu melampaui target BNI sendiri pada tahun 2013 yang menghendaki service level di posisi ketiga terbaik. Ini dibuktikan melalui survei Best Service Excellence Monitor (BSEM) 2013 oleh Marketing Research Indonesia (MRI).

Aset
Kinerja keuangan BNI yang positif ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit dari Rp 179,44 triliun menjadi Rp 222,65 triliun, atau naik 24,1% melampaui pertumbuhan kredit di industri perbankan nasional. Sementara itu, gross NPL makin membaik dari 3,4% menjadi 2,6% dengan pencadangan yang tetap dijaga di atas 120%.

Rasio dalam Persen

Rasio Keuangan Kuartal 2 2012 Kuartal 2 2013
Loan to Deposit Ratio 73,6 84,0
Cost of Fund 2,7 2,3
Gross Non Performing Loan 3,4 2,6
Net Interest Margin 5,8 6,2
Cost to Income Ratio 45,8 43,6
Return of Equity *) 19,7 21,8
Return of Asset *) 2,8 3,4
Tier I Capital 15,2 14,9
Capital Adequacy Ratio 16,8 16,3

*) berdasarkan perhitungan rumus yang ditentukan oleh Bank Indonesia

Gatot menjelaskan, BNI membukukan Net Interest Margin (NIM) yang meningkat dari 5,8% pada Semester-1 2012 menjadi 6,2% pada Semester-1 2013. Kenaikan NIM tersebut membantu BNI untuk menekan Cost to Income Ratio (CIR) dari 45,8% pada Semester-1 2012 menjadi 43,6% per Semester-I 2013. CIR yang semakin baik tersebut menjadi faktor penting terbentuknya laba bersih BNI yang tumbuh 30,2% itu. Dengan pertumbuhan laba tersebut, BNI pun mampu mencatat rasio return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) yang membaik, yaitu sebesar 21,8% dan 3,4% dari tahun sebelumnya 19,7% dan 2,8%.

Meskipun rasio kecukupan modal (CAR) BNI per Semester-1 2013 turun dari 16,8% menjadi 16,3% sebagai konsekuensi ekspansi kredit, namun CAR tersebut masih jauh melampaui syarat minimal yang diatur untuk perbankan nasional, sehingga BNI memiliki modal yang cukup untuk terus bertumbuh di masa mendatang.

Related

Arsip Berita