Berita


Kinerja BNI Semester I 2014: Pendapatan Bunga Bersih BNI Tumbuh 21%

Jakarta, 24 Juli 2014. Meski perbankan nasional dihadapi pada permasalahan suku bunga yang tinggi, persaingan likuiditas yang ketat, dan pengetatan penyaluran kredit terutama kredit konsumer, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) berhasil membukukan kinerja keuangan yang positif di Semester I - 2014 ini. BNI mencatat peningkatan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 20,9% dari Rp 8,9 triliun pada Semester I - 2013 menjadi Rp 10,8 triliun pada Semester I - 2014.

BNI juga mencatat peningkatan Pendapatan Non Bunga sebesar 5,4% dari Rp 4,56 triliun di Semester I - 2013 menjadi Rp 4,8 triliun di Semester I - 2014. Hal yang menarik dari sisi Pendapatan Non Bunga BNI kali ini adalah kenaikan recurring income sebesar 21,3% dari Rp 2,59 triliun di Semester I - 2013 menjadi Rp 3,14 triliun di Semester I - 2014.

Kedua faktor itu mengantarkan BNI untuk mencatatkan Pendapatan Operasional sebesar Rp 15,56 triliun di Semester I - 2014 atau lebih tinggi 15,6% dibandingkan posisi Semester I - 2013 yang mencapai Rp 13,45 triliun. Realisasi Pendapatan Operasional tersebut menjadi faktor pendukung terjadinya laba bersih BNI pada Semester I 2014 sebesar Rp 4,94 triliun atau tumbuh 15,4% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2013, yaitu Rp 4,28 triliun.

Indikator Keuangan Utama ( dalam Rp Triliun )

Indikator Semester I - 2013 Semester I - 2014 +/- (%)
Pendapatan Bunga Bersih 8,89 10,75 20,9
Pendapatan Non-bunga 4,56 4,80 5,4
Pendapatan Operasional 13,45 15,56 15,6
Biaya Operasional (6,61) (7,29) 10,4
Laba Sebelum Pajak 5,31 6,21 16,9
Laba Bersih 4,28 4,94 15,4
Laba per Lembar Saham (Rp) 229 265 15,7

Terhimpunnya net interest income BNI tersebut ditunjang oleh kinerja penyaluran kredit BNI yang tetap tumbuh 15,7%, yaitu dari Rp 222,65 triliun pada Semester I - 2013 menjadi Rp 257,53 triliun pada Semester I - 2014 dan kemampuan BNI menaikkan loan yield dari 10,0% saja di Semester I - 2013 menjadi 10,5% di Semester I - 2014.

Ditengah ketatnya likuiditas perbankan di Indonesia saat ini, BNI juga masih mampu mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 19,1%. Pertumbuhan DPK BNI melebihi pertumbuhan DPK perbankan nasional yang hanya mencapai sekitar 12,4%. Di sisi lain, BNI mampu menahan Cost of Fund 2,9% sepanjang enam bulan pertama 2014.

Di tengah suku bunga kredit yang tinggi yang selalu berdampak dengan penurunan kualitas aset perbankan, BNI mampu menurunkan Non Performing Loan dari 2,6% pada Semester I - 2013 menjadi sebesar 2,2% di Semester I - 2014.

8 Sektor Unggulan BNI

Sektor Semester I - 2013 (%) Semester I - 2014 (%)
Oil, Gas, & Mining 8 6
Information & Telecommunication 4 4
Chemicals 4 5
Agriculture 10 12
Food & Beverage 4 7
Retailer & Wholesaler 18 17
Electricity 7 7
Engineering & Construction 8 7
Others 34 35
Total Kredit Rp 164,11 triliun Rp 192,34 triliun

Mengantisipasi kondisi suku bunga tinggi yang dapat memberikan dampak bagi kualitas aset, BNI meningkatkan rasio pencadangan (coverage ratio) dari 123,2% pada Semester I - 2013 menjadi 128,9% pada Semester I - 2014 sebagai penerapan prinsip kehati-hatian.

Aset Tembus Rp 400 Triliun
BNI mencatat pertumbuhan aset yang menggembirakan antara lain dengan tembus ke level Rp 407,82 triliun pada Semester I - 2014 atau tumbuh 18,6% dibandingkan total aset BNI pada Semester I - 2013, yaitu Rp 343,79 triliun.

Neraca

Rasio Keuangan Semester I - 2013 Semester I - 2014 %
Total Assets 343,79 407,82 18,6
Loans 222,65 257,53 15,7
Customer Deposits 263,82 314,19 19,1
Borrowings 8,00 9,12 13,9
Shareholders’ Equity 44,11 55,54 25,9

Kenaikan total aset ditopang oleh pertumbuhan DPK sebesar 19,1% dari Rp 263,82 triliun pada Semester I - 2013 menjadi Rp 314,19 triliun pada Semester I - 2014. Kualitas DPK pun dijaga dengan fokus utama pada penghimpunan dana murah berupa Current Account Saving Account (CASA). Upaya untuk meningkatkan CASA dalam komposisi DPK BNI, terus dilakukan dengan menggiatkan berbagai program BNI sebagai Bank Transaksional (Transactional Banking), yang dapat meningkatkan pendapatan jasa (fee based income) dan pertumbuhan dana berbiaya rendah.

Beberapa inisiatif yang dilakukan antara lain adalah meningkatkan transaksi e-banking BNI yang sudah dikembangkan fiturnya dan diperkuat dengan kerja sama dengan pihak ketiga. Selain itu, BNI juga menjadi pionir di BUMN dalam berbagai transaksi treasuri seperti yang dilakukan dengan Garuda Indonesia, yaitu kerja sama Cross Currency Swap (CCS). BNI juga memperkuat Treasury Regional Area (TRA) sebagai upaya mendekatkan pelayanan treasuri BNI di daerah.

BNI juga menjadi bank pertama di Indonesia yang mengoperasikan Mobile Point-of-Sales (m-POS) bekerjasama dengan Telkomsel. Fasilitas yang lebih fleksibel dibandingkan EDC ini sudah mendapatkan klien pertamanya, yaitu Equity Life Indonesia. Langkah ini diharapkan akan mendorong peningkatan frekuensi transaksi keuangan melalui BNI.

Sumber pendapatan jasa (fee based income) lainnya yang juga berkontribusi pada pembentukan laba BNI adalah Trade Finance yang pada Semester I - 2014 mencatatkan volume pelayanan senilai USD 8,0 miliar (untuk transaksi Ekspor) dan USD 7,5 miliar (untuk transaksi Impor) atau meningkat dibandingkan Semester I - 2013 yang mencapai USD 6,7 miliar (untuk transaksi Ekspor) dan 6,4 USD (untuk transaksi Impor).

Upaya peningkatan frekuensi transaksi di BNI juga dilakukan dengan terus menambah jumlah outlet dan ATM. Jumlah outlet BNI pada bulan Juli 2014 telah mencapai 1.722 outlet yang tersebar di 34 provinsi dan 384 kabupaten/ kota atau meningkat dibandingkan Semester I - 2013 yang mencapai 1.651 outlet. Adapun jumlah ATM yang tercatat adalah sebanyak 11.221 unit atau meningkat 32% dibandingkan Semester I - 2013 yang mencapai 8.441 unit.

Rasio-Rasio Keuangan (dalam %)

Rasio Keuangan Semester I - 2013 Semester I - 2014
Loan to Deposit Ratio 84,0 80,3
Cost of Fund 2,3 2,9
Gross Non Performing Loan 2,6 2,2
Net Interest Margin 6,2 6,0
Cost to Income Ratio 43,6 42,1
Return of Equity *) 21,8 22,6
Return of Asset *) 3,4 3,3
Tier I Capital 14,9 14,9
Capital Adequacy Ratio 16,3 16,0

*) Berdasarkan perhitungan rumus yang ditentukan oleh Bank Indonesia

Jakarta, 24 Juli 2014. Meski perbankan nasional dihadapi pada permasalahan suku bunga yang tinggi, persaingan likuiditas yang ketat, dan pengetatan penyaluran kredit terutama kredit konsumer, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) berhasil membukukan kinerja keuangan yang positif di Semester I - 2014 ini. BNI mencatat peningkatan Pendapatan Bunga Bersih sebesar 20,9% dari Rp 8,9 triliun pada Semester I - 2013 menjadi Rp 10,8 triliun pada Semester I - 2014.

BNI juga mencatat peningkatan Pendapatan Non Bunga sebesar 5,4% dari Rp 4,56 triliun di Semester I - 2013 menjadi Rp 4,8 triliun di Semester I - 2014. Hal yang menarik dari sisi Pendapatan Non Bunga BNI kali ini adalah kenaikan recurring income sebesar 21,3% dari Rp 2,59 triliun di Semester I - 2013 menjadi Rp 3,14 triliun di Semester I - 2014.

Kedua faktor itu mengantarkan BNI untuk mencatatkan Pendapatan Operasional sebesar Rp 15,56 triliun di Semester I - 2014 atau lebih tinggi 15,6% dibandingkan posisi Semester I - 2013 yang mencapai Rp 13,45 triliun. Realisasi Pendapatan Operasional tersebut menjadi faktor pendukung terjadinya laba bersih BNI pada Semester I 2014 sebesar Rp 4,94 triliun atau tumbuh 15,4% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2013, yaitu Rp 4,28 triliun.

Indikator Keuangan Utama ( dalam Rp Triliun )

Indikator Semester I - 2013 Semester I - 2014 +/- (%)
Pendapatan Bunga Bersih 8,89 10,75 20,9
Pendapatan Non-bunga 4,56 4,80 5,4
Pendapatan Operasional 13,45 15,56 15,6
Biaya Operasional (6,61) (7,29) 10,4
Laba Sebelum Pajak 5,31 6,21 16,9
Laba Bersih 4,28 4,94 15,4
Laba per Lembar Saham (Rp) 229 265 15,7

Terhimpunnya net interest income BNI tersebut ditunjang oleh kinerja penyaluran kredit BNI yang tetap tumbuh 15,7%, yaitu dari Rp 222,65 triliun pada Semester I - 2013 menjadi Rp 257,53 triliun pada Semester I - 2014 dan kemampuan BNI menaikkan loan yield dari 10,0% saja di Semester I - 2013 menjadi 10,5% di Semester I - 2014.

Ditengah ketatnya likuiditas perbankan di Indonesia saat ini, BNI juga masih mampu mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 19,1%. Pertumbuhan DPK BNI melebihi pertumbuhan DPK perbankan nasional yang hanya mencapai sekitar 12,4%. Di sisi lain, BNI mampu menahan Cost of Fund 2,9% sepanjang enam bulan pertama 2014.

Di tengah suku bunga kredit yang tinggi yang selalu berdampak dengan penurunan kualitas aset perbankan, BNI mampu menurunkan Non Performing Loan dari 2,6% pada Semester I - 2013 menjadi sebesar 2,2% di Semester I - 2014.

8 Sektor Unggulan BNI

Sektor Semester I - 2013 (%) Semester I - 2014 (%)
Oil, Gas, & Mining 8 6
Information & Telecommunication 4 4
Chemicals 4 5
Agriculture 10 12
Food & Beverage 4 7
Retailer & Wholesaler 18 17
Electricity 7 7
Engineering & Construction 8 7
Others 34 35
Total Kredit Rp 164,11 triliun Rp 192,34 triliun

Mengantisipasi kondisi suku bunga tinggi yang dapat memberikan dampak bagi kualitas aset, BNI meningkatkan rasio pencadangan (coverage ratio) dari 123,2% pada Semester I - 2013 menjadi 128,9% pada Semester I - 2014 sebagai penerapan prinsip kehati-hatian.

Aset Tembus Rp 400 Triliun
BNI mencatat pertumbuhan aset yang menggembirakan antara lain dengan tembus ke level Rp 407,82 triliun pada Semester I - 2014 atau tumbuh 18,6% dibandingkan total aset BNI pada Semester I - 2013, yaitu Rp 343,79 triliun.

Neraca

Rasio Keuangan Semester I - 2013 Semester I - 2014 %
Total Assets 343,79 407,82 18,6
Loans 222,65 257,53 15,7
Customer Deposits 263,82 314,19 19,1
Borrowings 8,00 9,12 13,9
Shareholders’ Equity 44,11 55,54 25,9

Kenaikan total aset ditopang oleh pertumbuhan DPK sebesar 19,1% dari Rp 263,82 triliun pada Semester I - 2013 menjadi Rp 314,19 triliun pada Semester I - 2014. Kualitas DPK pun dijaga dengan fokus utama pada penghimpunan dana murah berupa Current Account Saving Account (CASA). Upaya untuk meningkatkan CASA dalam komposisi DPK BNI, terus dilakukan dengan menggiatkan berbagai program BNI sebagai Bank Transaksional (Transactional Banking), yang dapat meningkatkan pendapatan jasa (fee based income) dan pertumbuhan dana berbiaya rendah.

Beberapa inisiatif yang dilakukan antara lain adalah meningkatkan transaksi e-banking BNI yang sudah dikembangkan fiturnya dan diperkuat dengan kerja sama dengan pihak ketiga. Selain itu, BNI juga menjadi pionir di BUMN dalam berbagai transaksi treasuri seperti yang dilakukan dengan Garuda Indonesia, yaitu kerja sama Cross Currency Swap (CCS). BNI juga memperkuat Treasury Regional Area (TRA) sebagai upaya mendekatkan pelayanan treasuri BNI di daerah.

BNI juga menjadi bank pertama di Indonesia yang mengoperasikan Mobile Point-of-Sales (m-POS) bekerjasama dengan Telkomsel. Fasilitas yang lebih fleksibel dibandingkan EDC ini sudah mendapatkan klien pertamanya, yaitu Equity Life Indonesia. Langkah ini diharapkan akan mendorong peningkatan frekuensi transaksi keuangan melalui BNI.

Sumber pendapatan jasa (fee based income) lainnya yang juga berkontribusi pada pembentukan laba BNI adalah Trade Finance yang pada Semester I - 2014 mencatatkan volume pelayanan senilai USD 8,0 miliar (untuk transaksi Ekspor) dan USD 7,5 miliar (untuk transaksi Impor) atau meningkat dibandingkan Semester I - 2013 yang mencapai USD 6,7 miliar (untuk transaksi Ekspor) dan 6,4 USD (untuk transaksi Impor).

Upaya peningkatan frekuensi transaksi di BNI juga dilakukan dengan terus menambah jumlah outlet dan ATM. Jumlah outlet BNI pada bulan Juli 2014 telah mencapai 1.722 outlet yang tersebar di 34 provinsi dan 384 kabupaten/ kota atau meningkat dibandingkan Semester I - 2013 yang mencapai 1.651 outlet. Adapun jumlah ATM yang tercatat adalah sebanyak 11.221 unit atau meningkat 32% dibandingkan Semester I - 2013 yang mencapai 8.441 unit.

Rasio-Rasio Keuangan (dalam %)

Rasio Keuangan Semester I - 2013 Semester I - 2014
Loan to Deposit Ratio 84,0 80,3
Cost of Fund 2,3 2,9
Gross Non Performing Loan 2,6 2,2
Net Interest Margin 6,2 6,0
Cost to Income Ratio 43,6 42,1
Return of Equity *) 21,8 22,6
Return of Asset *) 3,4 3,3
Tier I Capital 14,9 14,9
Capital Adequacy Ratio 16,3 16,0

*) Berdasarkan perhitungan rumus yang ditentukan oleh Bank Indonesia

Related

Arsip Berita