News


Penyaluran Kredit dari BNI Tumbuh 22,8%

Jakarta, 28 Februari 2013. Kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus gemilang meskipun berada di tengah tekanan perekonomian yang penuh tantangan, antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 yang hanya 6,2% atau tidak setinggi 2011 yang mencapai 6,5%. Salah satu pertanda peningkatan kinerja tersebut terlihat pada total kredit yang disalurkan BNI sepanjang tahun 2012 yang mencapai Rp 200,7 triliun yang berarti tumbuh meyakinkan sebesar 22,8% diatas realisasi kredit tahun 2011, yang mencapai Rp 163,5 triliun.

Dalam mengucurkan kreditnya itu, BNI menjaga agar dana yang mengalir harus mengarah ke sektor yang produktif. Oleh karena itu, pada tahun 2012, sebesar 74 persen dari total kredit BNI disalurkan ke sektor produktif, baik pada segmen korporasi, menengah, kecil, internasional, maupun ritel.

Demikian disampaikan Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo di Jakarta, Kamis (28/2/2013) saat menyampaikan paparan kinerja BNI disepanjang tahun 2012 kepada media massa.

Adapun dilihat dari sektornya, Gatot menyebutkan, realisasi kredit BNI tersebut antara lain direalisasikan pada pembiayaan infrastruktur, salah satu sektor yang tengah didorong pemerintah, antara lain melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satu pembiayaan infrastruktur yang menonjol dari BNI di arahkan pada sektor Transportasi dan Konstruksi yang tersalurkan Rp 15,8 triliun pada tahun 2012, atau 62,7% dari komitmen yang disediakan oleh BNI.

Aliran pembiayaan infrastruktur juga mengarah pada sektor kelistrikan yang tercairkan senilai Rp 10,1 triliun, atau 63,4% dari komitmen yang disediakan BNI. BNI juga hadir pada pembiayaan infrastruktur pada sektor minyak dan gas dengan realisasi pembiayaan senilai Rp 11,1 triliun atau setara 86,5% dari komitmen yang tersedia di BNI. Komitmen pembiayaan itu belum sepenuhnya tercairkan karena mengikuti termin-termin pengerjaan proyek-proyek infrastruktur dasar tersebut.

"Aliran kredit kami tetap fokus pada delapan sektor unggulan, yakni pertanian, komunikasi, kelistrikan, ritel, minyak dan gas, konstruksi, makanan dan minuman, dan sektor kimia," ujar Gatot.

Kredit yang produktif juga terlihat dari jenis kredit yang dialirkan. Kredit Investasi meningkat 31,9% dari Rp 20,7 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 27,3 triliun pada 2012. Dukungan pada dunia usaha yang memberikan kontribusi penting terhadap pembentukan lapangan kerja juga dilakukan BNI melalui penyaluran Kredit Modal Kerja yang tumbuh 21,7%, yaitu dari Rp 36,8 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 44,9 triliun pada tahun 2012.

"Penguatan kredit investasi dan modal kerja ini menjadi fokus kami dalam membantu pemerintah mendorong pertumbuhan investasi nasional, sebagai salah satu upaya menopang pertumbuhan ekonomi. Demikian juga, dukungan kredit konsumer yang kami alirkan guna menopang sektor konsumsi yang menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi terpenting di Indonesia," ujar Gatot.

BNI juga tetap mengembangkan kredit pemilikan rumah (KPR) atau BNI Griya yang tumbuh 40,0%. Pertumbuhan ini membawa BNI Griya sebagai produk KPR yang menguasai 11,3% pangsa pasar KPR, atau meningkat dibanding penguasaan pasar tahun 2011 yang mencapai 9,9%.

Kualitas kredit BNI secara keseluruhan sangat baik yang tercermin dari penurunan Non Performing Loan (NPL)-gross dari 3,6% menjadi 2,8%. "Perbaikan infrastruktur perkreditan BNI telah dilakukan sejak tahun 2010 sehingga BNI mampu menyalurkan kredit komersial maupun konsumer dengan cepat di seluruh Indonesia yang didukung oleh kecanggihan Teknologi Informasi BNI," tambah Gatot.

DANA PIHAK KETIGA
Kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di BNI juga menjadi salah satu faktor membaiknya kinerja BNI. Kondisi itu tercermin dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun disepanjang tahun 2012 sebesar 11,4%, yaitu menjadi Rp 257,7 triliun. DPK tersebut bukan hanya meningkat, melainkan juga semakin berkualitas, seiring dengan meningkatnya dana murah yang dihimpun BNI.

Peningkatan jumlah dana murah itu teramati dari meningkatnya rasio Current Account & Saving Account (CASA) yang pada 2011 hanya 64% dari total DPK, menjadi 67% dari total DPK pada 2012. Nilainya pun meningkat signifikan sebesar 16,6%, yaitu dari Rp 148,0 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 172,6 triliun pada tahun 2012.

Peningkatan rasio CASA dan lonjakan nominal dana murah itu tidak terlepas dari tumbuhnya jumlah nasabah Tabungan/ TAPLUS BNI, yang ditunjukkan dengan jumlah rekening yang meningkat dari 13,3 juta rekening pada 2011 menjadi hampir 15 juta rekening pada akhir tahun 2012. Dimana Tabungan masyarakat di BNI melonjak dari Rp 81,4 triliun pada 2011 menjadi lebih dari Rp 100 trilliun atau tepatnya Rp 100,1 triliun pada akhir 2012.

"Kenaikan rasio CASA itu disebabkan oleh lonjakan jumlah rekening, dan meningkatnya nilai dana yang disimpan masyarakat pada rekening-rekening yang sudah ada," jelas Gatot.

Dengan pertumbuhan aset berkualitas tersebut dan membaiknya NPL, telah menyebabkan BNI mampu menjaga tingkat kesehatannya dengan cukup baik yang ditunjukkan oleh rasio kecukupan modal (CAR) BNI, dimana BNI dapat mempertahankan CAR pada level yang cukup tinggi yaitu 16,7%. Dengan demikian, jumlah modal bersih yang dimiliki BNI masih dapat mendukung ekspansi bisnis BNI pada tahun tahun mendatang.

PERTUMBUHAN LABA
Kinerja yang bersinar pada peningkatan kredit, sebagai sumber pendapatan bunga, dan operasional BNI lainnya yang memberikan kontribusi pada pendapatan non-bunga (Fee Based Income/ FBI) menjadi penopang utama diraihnya laba bersih setelah pajak (EAT) BNI pada tahun 2012 yang mencapai Rp 7,1 triliun. Itu berarti meningkat 21% dibanding laba bersih pada tahun 2011 yang hanya sebesar Rp 5,81 triliun.

Pertumbuhan kredit ini telah mendongkrak pendapatan bunga bersih (NII) BNI sebesar 17,1%, yaitu dari Rp 13,2 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 15,5 triliun. Adapun pendapatan non bunga BNI mencatat pertumbuhan 11,1%, yaitu dari Rp 7,6 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 8,4 triliun pada tahun 2012. Sumber utama pertumbuhan pendapatan non bunga adalah provisi dan komisi. Dengan kedua penyangga tersebut, operating income BNI mampu menembus pertumbuhan 14,9% menjadi Rp 23,9 triliun.

"Dengan demikian, income yang kami capai ini sudah sustainable, karena pertumbuhan operating income sudah lebih tinggi dibandingkan peningkatan operating expense, yang tumbuh 14,4%," tutur Gatot.

BNI memang mendapatkan tekanan dari sisi imbal hasil (yield) kredit yang dikucurkannya, karena turun tipis dari 11,0% pada tahun 2011 menjadi 10,6% pada tahun 2012. Namun, BNI mencatatkan penguatan dari semakin murahnya dana-dana yang terhimpun, terlihat dari menurunnya cost of fund dari 3,5% pada tahun 2011 menjadi 2,7% pada tahun 2012.

Pertumbuhan laba bersih pada tahun 2012 merupakan hasil inovasi yang terus dilakukan oleh BNI diberbagai lini, baik disektor konsumer & ritel, maupun business banking. Pengembangan bisnis BNI tidak berhenti pada jasa perbankan konvensional, seperti pemeliharaan rekening atau kredit, melainkan juga perbaikan kualitas pelayanan ekstra, seperti cash management hingga pembiayaan ekspor impor (trade finance), yang menjadi salah satu tulang punggung sumber pendapatan non-bunga.

Berbagai pencapaian yang tercatat dari sumber-sumber pendapatan non-bunga antara lain adalah bisnis kartu kredit. Jumlah transaksi kartu kredit BNI pada 2012 mencapai 5,2 juta transaksi atau tumbuh 17,6%, jauh di atas rata-rata jumlah transaksi di industri yang tumbuh 5,7%. Dilihat dari nilai penggunaannya, kartu kredit BNI juga mencatat pertumbuhan 33,9%, atau di atas kecenderungan industri yang tumbuh 10,4%. Begitu juga dengan bisnis kartu debit BNI yang mencatat pertumbuhan dalam hal penggunaannya sebesar 48,7% atau melampaui rata-rata di industri yang tercatat sebesar 30,9%.

Sumber lain untuk pendapatan non-bunga juga disumbangkan oleh jasa Transactional Banking yang mencatat perbaikan kinerja, seperti pada nilai transaksi dan kenaikan jumlah pelayanan Cash Management BNI. Jumlah transaksi Cash Management BNI meningkat dari 3,0 juta pada 2011 menjadi 5,7 juta transaksi pada 2012, dengan nilai transaksi yang melonjak dari Rp 423 triliun menjadi Rp 553 triliun.

Pada tahun 2012 BNI melakukan investasi signifikan antara lain dengan penambahan 221 outlets dan 2.000 ATM di seluruh Indonesia yang disertai dengan pembukaan kantor wilayah di timur Indonesia, yakni Kantor Wilayah Papua pada 31 Oktober 2012, sehingga pelayanan BNI di daerah yang tengah tumbuh pesat tersebut akan semakin kuat di masa mendatang. Hal ini membuat BNI kedepan semakin kokoh dan mampu menyalurkan kredit lebih besar pada tahun tahun mendatang.

"Meskipun melakukan investasi besar di jaringan layanannya, BNI tetap berusaha untuk lebih efisien. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya Cost to Income Ratio yang turun dari 49,8% pada tahun 2011 menjadi 49,4% tahun 2012," tutur Gatot.

RASIO KEUANGAN LAINNYA
Dengan semua pencapaian tersebut diatas, BNI mencatat indikator-indikator rasio keuangan yang terus membaik, misalnya, CASA rasio yang pada 2011 tercatat 64%, menjadi 67% pada 2012; Net Interest Margin (NIM) mampu dijaga dilevel 5,9%, Loan to Deposit Ratio (LDR) naik dari 70% menjadi 78%. Coverage Ratio atau cadangan yang dibentuk untuk mengantisipasi memburuknya pinjaman meningkat dari 120% menjadi 123%.

Begitu pula dengan ROA (Return on Asset) yang ditahun 2012 tercatat 2,9%, dan ROE (Return on Equity) tercatat 20,0%. Peringkat layanan perbankan (service rank) BNI yang pada tahun 2009 berada di urutan ke-8, tahun ini sudah berada di urutan ke-4 nasional yang menunjukkan nasabah BNI semakin nyaman dan puas dengan pelayanan BNI.

Pada minggu lalu, BNI mencatat sejarah baru dalam dunia perbankan Indonesia ketika untuk pertama kalinya menjadi bank asli Indonesia yang mendapatkan kepercayaan dari perusahaan multinasional untuk memberikan pelayanan Trustee guna mengelola dana hasil penjualan gas Blok Mahakam. Dengan demikian, saat ini, BNI telah melayani 3 (tiga) pengelola ladang gas Blok Mahakam, yakni Total E&P Indonesie, PT Pertamina (Persero), dan Inpex Corporated. Kedepan BNI yakin akan menjadi bank pertama di Indonesia yang mampu melayani Trustee di dalam negeri, sehingga memecah hegemoni bank-bank asing yang selama puluhan tahun memberikan pelayanan Trustee pada aset-aset finansial di pasar domestik.

PENCAPAIAN MISI
Upaya BNI untuk menciptakan nilai tambah pada setiap pelayanannya kepada semua pemangku kepentingan telah mendapatkan berbagai pengakuan dari hasil survei dan observasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga independen, baik dari dalam negeri maupun lembaga internasional. Untuk konsumen, upaya peningkatan nilai tambah yang dilakukan BNI telah mendapatkan pengakuan dari majalah Asia Money dan The Asia Banker. Survei yang dilakukan Asia Money membuahkan penghargaan bagi BNI sebagai Best Overall Cross-Border (Local) Cash Management Service in Indonesia. Adapun The Asia Banker memberikan penghargaan pada BNI sebagai Best Mortgage Business, The International Excellence in Retail Financial Service Award 2012.

Begitu juga untuk investor, BNI mendapatkan pengakuan dari Asia Money sebagai Best Investor Relations in Indonesia, 1st Place. Sementara itu, khusus untuk para pegawai BNI, korporasi sudah mendapatkan akreditasi dari ASEAN Business Award pada tahun 2012 sebagai Most Admired ASEAN Enterprise for Employment Large Company.

Khusus untuk lingkungan, prestasi BNI mendapatkan pembenaran dari ASEAN sebagai peraih Most Admired Enterprise in the Category of Corporate Social Responsibility. Selain itu, ada pengakuan lain dari majalah SWA yang memberikan anugerah Indonesia Green Company 2012. Adapun dari La Tofi School CSR memberikan anugerah The Indonesia Most Commited CEO for CSR Award 2012.

Sementara itu, untuk penegakkan tata kelola yang baik, BNI mendapatkan pengakuan dari Asia Money sebagai Best for Responsibility of Management and The Board of Directors in Indonesia, 1st Place. Begitu juga majalah SWA dan The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG) yang memberikan anugerah pada BNI sebagai Indonesia Trusted Companies Based on Investor and Analysts Assesment Survey. BNI juga mendapatkan anugerah The Best GCG Innovation 2013 for Public Listed Company dari majalah BUMN Track.

Jakarta, 28 Februari 2013. Kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus gemilang meskipun berada di tengah tekanan perekonomian yang penuh tantangan, antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 yang hanya 6,2% atau tidak setinggi 2011 yang mencapai 6,5%. Salah satu pertanda peningkatan kinerja tersebut terlihat pada total kredit yang disalurkan BNI sepanjang tahun 2012 yang mencapai Rp 200,7 triliun yang berarti tumbuh meyakinkan sebesar 22,8% diatas realisasi kredit tahun 2011, yang mencapai Rp 163,5 triliun.

Dalam mengucurkan kreditnya itu, BNI menjaga agar dana yang mengalir harus mengarah ke sektor yang produktif. Oleh karena itu, pada tahun 2012, sebesar 74 persen dari total kredit BNI disalurkan ke sektor produktif, baik pada segmen korporasi, menengah, kecil, internasional, maupun ritel.

Demikian disampaikan Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo di Jakarta, Kamis (28/2/2013) saat menyampaikan paparan kinerja BNI disepanjang tahun 2012 kepada media massa.

Adapun dilihat dari sektornya, Gatot menyebutkan, realisasi kredit BNI tersebut antara lain direalisasikan pada pembiayaan infrastruktur, salah satu sektor yang tengah didorong pemerintah, antara lain melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satu pembiayaan infrastruktur yang menonjol dari BNI di arahkan pada sektor Transportasi dan Konstruksi yang tersalurkan Rp 15,8 triliun pada tahun 2012, atau 62,7% dari komitmen yang disediakan oleh BNI.

Aliran pembiayaan infrastruktur juga mengarah pada sektor kelistrikan yang tercairkan senilai Rp 10,1 triliun, atau 63,4% dari komitmen yang disediakan BNI. BNI juga hadir pada pembiayaan infrastruktur pada sektor minyak dan gas dengan realisasi pembiayaan senilai Rp 11,1 triliun atau setara 86,5% dari komitmen yang tersedia di BNI. Komitmen pembiayaan itu belum sepenuhnya tercairkan karena mengikuti termin-termin pengerjaan proyek-proyek infrastruktur dasar tersebut.

"Aliran kredit kami tetap fokus pada delapan sektor unggulan, yakni pertanian, komunikasi, kelistrikan, ritel, minyak dan gas, konstruksi, makanan dan minuman, dan sektor kimia," ujar Gatot.

Kredit yang produktif juga terlihat dari jenis kredit yang dialirkan. Kredit Investasi meningkat 31,9% dari Rp 20,7 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 27,3 triliun pada 2012. Dukungan pada dunia usaha yang memberikan kontribusi penting terhadap pembentukan lapangan kerja juga dilakukan BNI melalui penyaluran Kredit Modal Kerja yang tumbuh 21,7%, yaitu dari Rp 36,8 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 44,9 triliun pada tahun 2012.

"Penguatan kredit investasi dan modal kerja ini menjadi fokus kami dalam membantu pemerintah mendorong pertumbuhan investasi nasional, sebagai salah satu upaya menopang pertumbuhan ekonomi. Demikian juga, dukungan kredit konsumer yang kami alirkan guna menopang sektor konsumsi yang menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi terpenting di Indonesia," ujar Gatot.

BNI juga tetap mengembangkan kredit pemilikan rumah (KPR) atau BNI Griya yang tumbuh 40,0%. Pertumbuhan ini membawa BNI Griya sebagai produk KPR yang menguasai 11,3% pangsa pasar KPR, atau meningkat dibanding penguasaan pasar tahun 2011 yang mencapai 9,9%.

Kualitas kredit BNI secara keseluruhan sangat baik yang tercermin dari penurunan Non Performing Loan (NPL)-gross dari 3,6% menjadi 2,8%. "Perbaikan infrastruktur perkreditan BNI telah dilakukan sejak tahun 2010 sehingga BNI mampu menyalurkan kredit komersial maupun konsumer dengan cepat di seluruh Indonesia yang didukung oleh kecanggihan Teknologi Informasi BNI," tambah Gatot.

DANA PIHAK KETIGA
Kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di BNI juga menjadi salah satu faktor membaiknya kinerja BNI. Kondisi itu tercermin dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun disepanjang tahun 2012 sebesar 11,4%, yaitu menjadi Rp 257,7 triliun. DPK tersebut bukan hanya meningkat, melainkan juga semakin berkualitas, seiring dengan meningkatnya dana murah yang dihimpun BNI.

Peningkatan jumlah dana murah itu teramati dari meningkatnya rasio Current Account & Saving Account (CASA) yang pada 2011 hanya 64% dari total DPK, menjadi 67% dari total DPK pada 2012. Nilainya pun meningkat signifikan sebesar 16,6%, yaitu dari Rp 148,0 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 172,6 triliun pada tahun 2012.

Peningkatan rasio CASA dan lonjakan nominal dana murah itu tidak terlepas dari tumbuhnya jumlah nasabah Tabungan/ TAPLUS BNI, yang ditunjukkan dengan jumlah rekening yang meningkat dari 13,3 juta rekening pada 2011 menjadi hampir 15 juta rekening pada akhir tahun 2012. Dimana Tabungan masyarakat di BNI melonjak dari Rp 81,4 triliun pada 2011 menjadi lebih dari Rp 100 trilliun atau tepatnya Rp 100,1 triliun pada akhir 2012.

"Kenaikan rasio CASA itu disebabkan oleh lonjakan jumlah rekening, dan meningkatnya nilai dana yang disimpan masyarakat pada rekening-rekening yang sudah ada," jelas Gatot.

Dengan pertumbuhan aset berkualitas tersebut dan membaiknya NPL, telah menyebabkan BNI mampu menjaga tingkat kesehatannya dengan cukup baik yang ditunjukkan oleh rasio kecukupan modal (CAR) BNI, dimana BNI dapat mempertahankan CAR pada level yang cukup tinggi yaitu 16,7%. Dengan demikian, jumlah modal bersih yang dimiliki BNI masih dapat mendukung ekspansi bisnis BNI pada tahun tahun mendatang.

PERTUMBUHAN LABA
Kinerja yang bersinar pada peningkatan kredit, sebagai sumber pendapatan bunga, dan operasional BNI lainnya yang memberikan kontribusi pada pendapatan non-bunga (Fee Based Income/ FBI) menjadi penopang utama diraihnya laba bersih setelah pajak (EAT) BNI pada tahun 2012 yang mencapai Rp 7,1 triliun. Itu berarti meningkat 21% dibanding laba bersih pada tahun 2011 yang hanya sebesar Rp 5,81 triliun.

Pertumbuhan kredit ini telah mendongkrak pendapatan bunga bersih (NII) BNI sebesar 17,1%, yaitu dari Rp 13,2 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 15,5 triliun. Adapun pendapatan non bunga BNI mencatat pertumbuhan 11,1%, yaitu dari Rp 7,6 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 8,4 triliun pada tahun 2012. Sumber utama pertumbuhan pendapatan non bunga adalah provisi dan komisi. Dengan kedua penyangga tersebut, operating income BNI mampu menembus pertumbuhan 14,9% menjadi Rp 23,9 triliun.

"Dengan demikian, income yang kami capai ini sudah sustainable, karena pertumbuhan operating income sudah lebih tinggi dibandingkan peningkatan operating expense, yang tumbuh 14,4%," tutur Gatot.

BNI memang mendapatkan tekanan dari sisi imbal hasil (yield) kredit yang dikucurkannya, karena turun tipis dari 11,0% pada tahun 2011 menjadi 10,6% pada tahun 2012. Namun, BNI mencatatkan penguatan dari semakin murahnya dana-dana yang terhimpun, terlihat dari menurunnya cost of fund dari 3,5% pada tahun 2011 menjadi 2,7% pada tahun 2012.

Pertumbuhan laba bersih pada tahun 2012 merupakan hasil inovasi yang terus dilakukan oleh BNI diberbagai lini, baik disektor konsumer & ritel, maupun business banking. Pengembangan bisnis BNI tidak berhenti pada jasa perbankan konvensional, seperti pemeliharaan rekening atau kredit, melainkan juga perbaikan kualitas pelayanan ekstra, seperti cash management hingga pembiayaan ekspor impor (trade finance), yang menjadi salah satu tulang punggung sumber pendapatan non-bunga.

Berbagai pencapaian yang tercatat dari sumber-sumber pendapatan non-bunga antara lain adalah bisnis kartu kredit. Jumlah transaksi kartu kredit BNI pada 2012 mencapai 5,2 juta transaksi atau tumbuh 17,6%, jauh di atas rata-rata jumlah transaksi di industri yang tumbuh 5,7%. Dilihat dari nilai penggunaannya, kartu kredit BNI juga mencatat pertumbuhan 33,9%, atau di atas kecenderungan industri yang tumbuh 10,4%. Begitu juga dengan bisnis kartu debit BNI yang mencatat pertumbuhan dalam hal penggunaannya sebesar 48,7% atau melampaui rata-rata di industri yang tercatat sebesar 30,9%.

Sumber lain untuk pendapatan non-bunga juga disumbangkan oleh jasa Transactional Banking yang mencatat perbaikan kinerja, seperti pada nilai transaksi dan kenaikan jumlah pelayanan Cash Management BNI. Jumlah transaksi Cash Management BNI meningkat dari 3,0 juta pada 2011 menjadi 5,7 juta transaksi pada 2012, dengan nilai transaksi yang melonjak dari Rp 423 triliun menjadi Rp 553 triliun.

Pada tahun 2012 BNI melakukan investasi signifikan antara lain dengan penambahan 221 outlets dan 2.000 ATM di seluruh Indonesia yang disertai dengan pembukaan kantor wilayah di timur Indonesia, yakni Kantor Wilayah Papua pada 31 Oktober 2012, sehingga pelayanan BNI di daerah yang tengah tumbuh pesat tersebut akan semakin kuat di masa mendatang. Hal ini membuat BNI kedepan semakin kokoh dan mampu menyalurkan kredit lebih besar pada tahun tahun mendatang.

"Meskipun melakukan investasi besar di jaringan layanannya, BNI tetap berusaha untuk lebih efisien. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya Cost to Income Ratio yang turun dari 49,8% pada tahun 2011 menjadi 49,4% tahun 2012," tutur Gatot.

RASIO KEUANGAN LAINNYA
Dengan semua pencapaian tersebut diatas, BNI mencatat indikator-indikator rasio keuangan yang terus membaik, misalnya, CASA rasio yang pada 2011 tercatat 64%, menjadi 67% pada 2012; Net Interest Margin (NIM) mampu dijaga dilevel 5,9%, Loan to Deposit Ratio (LDR) naik dari 70% menjadi 78%. Coverage Ratio atau cadangan yang dibentuk untuk mengantisipasi memburuknya pinjaman meningkat dari 120% menjadi 123%.

Begitu pula dengan ROA (Return on Asset) yang ditahun 2012 tercatat 2,9%, dan ROE (Return on Equity) tercatat 20,0%. Peringkat layanan perbankan (service rank) BNI yang pada tahun 2009 berada di urutan ke-8, tahun ini sudah berada di urutan ke-4 nasional yang menunjukkan nasabah BNI semakin nyaman dan puas dengan pelayanan BNI.

Pada minggu lalu, BNI mencatat sejarah baru dalam dunia perbankan Indonesia ketika untuk pertama kalinya menjadi bank asli Indonesia yang mendapatkan kepercayaan dari perusahaan multinasional untuk memberikan pelayanan Trustee guna mengelola dana hasil penjualan gas Blok Mahakam. Dengan demikian, saat ini, BNI telah melayani 3 (tiga) pengelola ladang gas Blok Mahakam, yakni Total E&P Indonesie, PT Pertamina (Persero), dan Inpex Corporated. Kedepan BNI yakin akan menjadi bank pertama di Indonesia yang mampu melayani Trustee di dalam negeri, sehingga memecah hegemoni bank-bank asing yang selama puluhan tahun memberikan pelayanan Trustee pada aset-aset finansial di pasar domestik.

PENCAPAIAN MISI
Upaya BNI untuk menciptakan nilai tambah pada setiap pelayanannya kepada semua pemangku kepentingan telah mendapatkan berbagai pengakuan dari hasil survei dan observasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga independen, baik dari dalam negeri maupun lembaga internasional. Untuk konsumen, upaya peningkatan nilai tambah yang dilakukan BNI telah mendapatkan pengakuan dari majalah Asia Money dan The Asia Banker. Survei yang dilakukan Asia Money membuahkan penghargaan bagi BNI sebagai Best Overall Cross-Border (Local) Cash Management Service in Indonesia. Adapun The Asia Banker memberikan penghargaan pada BNI sebagai Best Mortgage Business, The International Excellence in Retail Financial Service Award 2012.

Begitu juga untuk investor, BNI mendapatkan pengakuan dari Asia Money sebagai Best Investor Relations in Indonesia, 1st Place. Sementara itu, khusus untuk para pegawai BNI, korporasi sudah mendapatkan akreditasi dari ASEAN Business Award pada tahun 2012 sebagai Most Admired ASEAN Enterprise for Employment Large Company.

Khusus untuk lingkungan, prestasi BNI mendapatkan pembenaran dari ASEAN sebagai peraih Most Admired Enterprise in the Category of Corporate Social Responsibility. Selain itu, ada pengakuan lain dari majalah SWA yang memberikan anugerah Indonesia Green Company 2012. Adapun dari La Tofi School CSR memberikan anugerah The Indonesia Most Commited CEO for CSR Award 2012.

Sementara itu, untuk penegakkan tata kelola yang baik, BNI mendapatkan pengakuan dari Asia Money sebagai Best for Responsibility of Management and The Board of Directors in Indonesia, 1st Place. Begitu juga majalah SWA dan The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG) yang memberikan anugerah pada BNI sebagai Indonesia Trusted Companies Based on Investor and Analysts Assesment Survey. BNI juga mendapatkan anugerah The Best GCG Innovation 2013 for Public Listed Company dari majalah BUMN Track.

Related

News Archive